Belajar dari Hasan dan Husen part I

Saya belajar dari Hasan dan Husen tentang bagaimana mereka bertahan. Bagaimana tidak? Mereka lahir ke dunia dengan penuh tantangan dan cobaan. Mereka mungkin di kirimkan oleh Allah sebagai penyambung lidah ayah dan ibunya. Tak perlulah saya tulis disini masalahnya. Kehadiran mereka benar - benar di luar rencana, dan siapa sangka bahwa ternyata dalam rahim tanteku ada dua janin. Setelah di usut memang ada keturunan kembar dari pihak mbahku.

Kehamilan yang seharusnya menjadi hal terindah bagi para ibu, nyatanya berbanding terbalik bagi tanteku. masalah yang terus menghantam seakan menggempur pertahanan keluarga kami. Memang benar bila ada yang bilang orang hamil tidak boleh banyak tekanan karena mempengaruhi janinnya.

Akhirnya pada usia kandungan tujuh bulan, kedua bayi itu keluar dari rahim ibunya. Hasan kurang lebih 800 gram sedangkan jusein 1600 gram. Bayi mungil itu pun harus di inkubator. Mereka sempat terpisah. satu ada di rumah sakit dokter bambang dan satu nya ada di rumah sakit kardinah. Saya masih ingat saat itu bulan puasa. Ramadhan yang sulit bagi keluarga kami. Hingga pada akhirnya keluarga memutuskan di jadikan satu di Kardinah agar kami mudah mengontrol. setiap jam kami bergiliran jaga. Saya hanya bisa menangis di balik kaca melihat bayi mungil itu bertahan hidup. Saya pun terkaget betapa ternyata kedua sepupuku ini tidak sendirian. Ada beberapa bayi mungil yang ada dalam ruangan khusus itu. Saya berdoa agar mereka bisa bertahan hidup. Agar mereka bisa merasakan kasih sayang ayah dan bundanya.

Hampir dua minggu hasan dan husein terpisah dari ibunya. Asi tetap di berikan melalui titipan dot. Seorang ibu pastilah rindu. Hingga akhirnya tanteku pun menjenguk kedua jagoan kecilnya. Alhamdulillah!! keajaiban terjadi! secara bertahap kondisi keduanya berangsur membaik. Kabar gembira menjelang Idul Fitri.

Sayangnya, cobaan belum selesai. untuk membawa mereka pulang di perlukan dana tidak kurang dari 16 juta!!! satu anak menghabiskan dana 8 juta rupiah! keluarga kami bukanlah kaya raya. Hingga pada akhirnya semua keluarga besar patungan sesuai kemampuan.

Mereka pulang ke rumah, tapi kami sungguh manusia biasa. Tidak pernah tahu rencana Tuhan yang sebenarnya. Kami sungguh sangat tidak tahu bila akan ada masalah lagi yang menghadang.

Lanjutannya di part II ya...soalnya si unyu udah nangis..hehehhe

2 komentar

  1. Waah kembar, :-D

    Rejeki banyak bertebaran di penjuru langit, akan berjatuhan ke Bumi demi si kembar, aamiin... :-)

    Mbak Widhie belum ke blogku, hahaha...

    BalasHapus
  2. semoga si kembar segera sembuh ya, mba. berdoa buat mereka. :)

    BalasHapus

Hei Terima kasih sudah berkunjung...
Jangan lupa tinggalkan jejak ya..nanti saya akan berkunjung balik...
please jangan tinggalkan link hidup..
Terima Kasih