Belajar dari Hasan dan Husen part II

Waktu itu saya masih bersantai di kost. Tiba - tiba HP bunyi ternyata sms dari mama ku tersayang
"the, Hasan mau ke karyadi besok. Kosongin jadwal ya temenin om sama bu lik mu cuman sehari. Hasan di vonis buta di kardinah"
Jeger!!!! berasa ada petir di sore hari! Hasan buta???? Saya pun langsung telp mama mengkonfirmasi sms mama. Mama cerita kalau mata sebelah kanan tumbuh daging. Memang sech mata Hasan sipit sebelah. Tapi serius kami tidak pernah menyangka bakalan kayak gini.

Keesokan harinya saya benar-benar mengosongkan jadwal. Untung saya ga da jadwal ngajar. Omku sudah sms kasih kabar kalo dia sudah sampai di Karyadi. Saya pun menyusul kesana. secepat kilat saya berusaha ke bangsal mata. Bertemu dengan bu likku dan ibunya yang datang dari Ungaran. Saya kaget waktu melihat kondisi Hasan.Ya Allah!! betapa dia merasa kesakitan. Pasti kesakita! Saya pengin nangis tapi rasanya tidak pantas menangis di depan Bu likku. Saya hanya membantu seadanya membawakan barang2 yang harus dibawa. Karena harus bolak - balik ke ruangan lain yang sangat berjauhan. Sesampainya disana kami bertemu seorang dokter yang sangat judes! dan baru tahu ternyata dia coast! halah...pantesan ga becus usg mata Hasan. Matanya yang bengkak itu di USG  dan saya lah yang memegang Hasan saat di USG. Ibunya tak akan tega melihatnya.

Setelah hasil selesai, kami dan rombongan (Saya, bu likku dan ibunya bu likk ku dan Hasan tentunya ) kembali ke Poli mata. Sempat capek juga tapi saya ikhlas membantu semampuku. di sela - sela kesibukan membawa barang - barang, mama tak hentinya menanyakan kabar. Ternyata Husen di Tegal harus di uap karena kena flu singapura (Masya Allah! apalagi itu...).

Ada dugaan kalau mata Hasan katarak. Sampai akhirnya kembali lagi ke tempat USG lagi karena akan di periksa lebih lanjut oleh dokter mata yang sebenarnya. Saya lupa namanya tapi dokternya cantik. Mata hasan di masukan alat, Saya aja ga tega yang megangin apalagi ibunya. cuman bisa liat di pojokan. Saya masih mendengar ibunya beristighfar. Sedangkan saya? ternyata mataku berair mendengar tangisan hasan.

Setelah semua selesai, dokter meminta supaya ayahnya ikut masuk. Sayapun memanggil om ku yang menunggu di luar. Bu likku mulai terlihat pucat. Entah karena belum makan dari tadi pagi atau memang takut dengan vonis dokter.

Dokter itu menjelaskan bahwa urat syaraf mata Hasan sudah putus. Hal ini di sebabkan karena lahir prematur sehingga syarafnya belum sempurna dipaksa untuk digunakan begitu pula dengan mata yang sehat itu. Dengan kata lain vonis tetap sama. BUTA! ALLAHU AKBAR!! Saya hanya bisa memeluk bahu bu likku berusaha memberikan tenagaku untuk menguatkan. Omku pun hanya terdiam. Vonis belum selesai sampai disitu. Dokter mengatakan kalo Hasan harus di scan matanya karena takut kalo ada tumor di matanya yang tumbuh daging. Saya tidak akan mengatakan sabar karena saya pun sungguh tidak tahu harus menghibur apa.

Dokter menyaranan agar kembarannya juga di periksa. Takut kalau Husen mengalami hal yang sama. Kami hanya bisa menangis. Sedangkan Hasan terlelap dalam tidurnya setelah minum susunya.

Hari yang melelahkan bagi kami. Kami semua berjalan gontai. Saya tidak berani bertanya apa besok mereka akan kembali dengan Husen. Saya hanya bisa merangkul bu likku. memberikan kekuatan semampuku.

Saat mereka akan pulang, Omku berkali -kali mengucapkan terima kasih karena mau menemani mereka, begitu pula bu likku. Saat mobil mereka menjauh dari Rumah sakit Saya hanya berdoa yang terbaik bagi Hasan dan Husen...

Tapi semuanya belum berakhir...

2 komentar

  1. kasian ya :( semoga bisa tetep disembuhkan ya, mba :) tetap positif thinking sama Allah :)

    BalasHapus
  2. Aminnn mba...sayangnya masalah tidak sampai disitu mba...kami sekeluarga percaya kalau Allah pasti sudah punya rencana yang terbaik buat si kembar...

    BalasHapus

Hei Terima kasih sudah berkunjung...
Jangan lupa tinggalkan jejak ya..nanti saya akan berkunjung balik...
please jangan tinggalkan link hidup..
Terima Kasih