Saat membaca novel ini langsung iri dengan keromantisan
pasangan akna dan Keisha. Pasangan muda yang baru menginjak usia pernikahan
yang pertama. Sayangnya keromantisan itu hanya bertahan beberapa halaman saja.
Karena kecelakaan yang menimpa Akna menjungkir balikan kehidupan mereka berdua.
Emosi terus saja di permainkan setelah kecelakaan itu
terjadi. Akna yang harus menjalani amputasi kaki seakan – akan hanya dirilah
manusia yang paling lemah. Keegoisan seorang lelaki yang harusnya menjadi
tumpuan istrinya, ini malah ia menjadi beban bagi Keisha. Akna tidak bisa
menerima dan berubah menjadi monster yang mematikan. Disisi lain Keisha terus
berusaha bangkit dan bekerja lebih keras agar roda perekonomian keluarga terus
berjalan.
Konflik sesungguhnya mulai terjadi. Suasana rumah yang
dingin tanpa komunikasi membuat bom waktu mulai meledak. Hingga membuat Keisha
memutuskan pergi dari rumah karena perbuatan Akna yang menyiksa batinnya dan
harga dirinya sebagai perempuan. Disini emosi saya serasa dibanting kesana
kemari. Kadang marah dengan sikap Akna, tapi kadang tertawa melihat masa lalu
mereka saat pacaran. Lalu apakah dengan Keisha yang akhirnya hamil akan
menyatukan mereka kembali?
Saya suka novel ini karena bahasanya yang ringan dan
tidak banyak kata – kata yang mengerutkan dahinya. Kebetulan otak saya agak
lemot kalau ada diksi yang terlalu berlebihan. Novel ini sama seperti umur
secangkit kopi. Bisa di lahap hanya dengan beberapa jam saja. Meskipun begitu
banyak sekali pelajaran yang saya peroleh disini salah satunya adalah
percakapan antara Romo dan Akna
“Dunia berbeda
dengan akhirat,Na, Di dunia akan selalu ada kesempatan kedua, kata Romi”.
Simple tapi cukup memberi
makan yang dalam. Mengajarkan kepada kita untuk memperbaiki kesalahan karena
kita masih di dunia. atau bagaimana mba Eni Martini menggambarkan planning bisnis Keisha dan Emi. wow! saya pun jadi terinspirasi dan merasa ikut bersemangat dengan bisnis mereka.
Sayangnya, ada adegan yang menurut saya agak sedikit
menggangu adalah ketika Emi bermalam di rumah Dimas. Mungkin kalau dibikin
setting Emi tidur beda kamar dengan Dimas akan lebih baik ya. Walaupun memang
tidak di gambarkan secara gambling juga.
Secara keseluruhan novel ini layak sekali dibaca. Apalagi
buat para pasutri muda. Layak sekali membaca novel ini karena untuk belajar
bagaimana mempertahankan rumah tangga yang sudah di ambang kehancuran
(pelajaran buat aku jua sech). Sebagai penutup akan saya tuliskan petuah dari
papa Keisha
“Ke,semua manusia
punya kecenderungan menjadi gila bila iman tidak di jaga.Kau istrinya…wajib
menjaga di saat suamimu lepas kendali….”
Wow, sayang banget nih kemarin gak diikutkan lomba resensinya
BalasHapuskata mba ila diperpanjang..ini kurang biodata buku ma sinopsisnya editt lagiii...hehehe..makasih ya mba udah maen kesini...
Hapussuka quote terakhir :-)
BalasHapusiya mba wuri aku juga suka..keren ya...makasih ya udah baca hehehe
Hapusbagus ya bukunya.. banyak quote kerennya..
BalasHapusiyaaa keren bukunya ringan tapi jleebbb hehehe..makasih ya mba udah mampir..
Hapuswaaa
BalasHapusikutan proyeknya mbak ila juga.
ayo semangaat :)
iyaaa tapi bolong - bolong hehehe
Hapussuka quotenyaa. memang pasangan harus saling menjaga ketika ada salah satu yang jatuh maupun mengalami masalah. harus sabar banget ya istrinya. apalagi cacat fisik bikin psikis jadi down. anw, makasih udah bikin resensinya, mba. jadi penasaran sama buku ini. pinjem dong, mba. hehe. :D
BalasHapusudaaahhh aku anterinnnn selamat bacaaa hehehe
Hapusmakasih mba sdh berperan serta dalam lomba Resensi RAINBOW, nantikan pengumumannya, jurinya sdg kerut2 krn bagus2
BalasHapus